SOPHIA MENCARI UDARA SEGAR DI GUNUNG
SOPHIA MENCARI UDARA SEGAR DI GUNUNG
Sebuah cara menghindari polusi di kota Surabaya
" Jagalah bumi dan bumi akan menjagamu."
Sophia lahir & tinggal di kota Surabaya, sebuah kota metropollitan yg sekaligus berstatus sebagai pusat pemerintahan atau ibukota Propinsi Jawa Timur dan kota terbesar ke 2 di Indonesia yg memiliki APBD Rp.11,2 trilyun tahun lalu. Surabaya juga menyandang status kota perdagangan/ bisnis, industri, pendidikan & jasa dan dengan penduduk 3 juta lebih serta memiliki 3,77 juta unit kendaraan berbagai jenis.
Dengan berbagai status kota dan jumlah kendaraan yg begitu banyak tersebut maka konsekuensinya terjadi polusi tinggi di kota Surabaya dan tentu sangat tidak menyehatkan bagi warga kotanya.
Gambar : Data tentang polusi udara di kota Surabaya, level AQI dan perbandingan ukuran polutan ( PM 2,5 ųm) dibanding rambut manusia.
Bagaimana udara kota Surabaya?
Dari berbagai sumber, Surabaya memiliki indeks kualitas udara yg kurang bersih, dan berdasarkan pantauan data dari IQAIR yg dikutip oleh Dataindonesia.id, maka pada tanggal 26 Maret 2024 jam 10.00 WIB menunjukkan angka 162, dengan polusi udara paling tinggi di Indonesia dan masuk kategori "tidak sehat". Kondisi ini tentu merupakan konsekuensi sebagai kota dg berbagai industri, perdagangan dan kemacetan lalu lintas yg setiap hari terjadi di jalan rayanya. Saat ide tulisan ini dibuat, yaitu Selasa, 18 Februari 2025, saya sempatkan melihat aplikasi IQair di HP saya, kondisi kualitas udara Surabaya menunjukkan angka 92, dg kategori sebutan " sedang", dan posisi PM 2.5 30.9 u/m³ yg artinya Particulat Matter atau partikel udara yg berukuran lbh kecil atau sama dengan 2,5 ųm ( mikrometer) berada diangka 30,9.
Sebagai pengetahuan, bahwa ada gradasi tingkat kebersihan udara berdasarkan kriteria nilai indeks kesehatan udara ( AQI), dg ketentuan semakin besar angkanya semakin menunjukkan udara yg tidak sehat. Di mulai pada kategori "Baik" berkisar antara 0- 50 AQI; Kategori "Moderat" dg kisaran angka 51-100 AQI; Kategori "Tidak sehat utk kelompok masyarakat yg sensitif" pd angka 101-150 AQI; dan kategori "Tidak sehat" pada angka 151- 500 AQI. Kriteria ini ditentukan berdasarkan adanya konsentrasi dari partikel polutan udara yg berukuran 2,5 mikron ( PM 2,5) atau 10 mikron ( PM 10).
Gambar : Berbagai posisi keceriaan Sophia di Trawas yg hijau dan berudara segar
Sebagai pengetahuan, masuknya zat polutan ke dalam tubuh bisa melalui pernafasan, tertelan atau terserap ( absorsi) kedalam kulit ( membran mukosa). Ada banyak penyakit yg ditimbulkan akibat polusi udara yang tidak sehat di kota besar seperti jantung, stroke, diabetus melitus, penyakit paru kronis, neonatal disorder ( gangguan pd bayi), dsb. Pada tahun 2020 WHO merilis bhw akibat polusi tlh menyebabkan 3,2 juta kematian akibat penyakit diatas. Naaah.....
Sebenarnya polusi tidak hanya ada di udara yg kita hirup, tetapi juga di air yg kita minum & makanan yg kita telan,dsb. Namun untuk air dan makanan kita bisa memilih kualitas yg terbaik, yg minimal kandungan zat polutannya (yg sengaja ditambahkan oleh pabrikan ataupun yg terpapar tanpa sengaja). Namun untuk udara yg tercemar di kota, dimana warga kota beraktifitas di luar ruangan, tidak ada pilihan, mereka akan menghirup udara yg berpolusi untuk bernafas. Semua warga kota terkena imbas dari pencemaran yg dilakukan oleh warga kota lainnya. Udara kotor sepertinya adalah sebuah hukum karma kolektif, dan polusi atau pencemaran lingkungan adalah penyakit yg tidak tersembuhkan, namun bisa dicegah dg mencintai alam hijau. Tentu saja warga kota harus mulai menyadari kondisi ini.
Polusi itu disebabkan adanya partikel berupa zat kimia ataupun fisik yg mengkontaminasi udara ataupun lingkungan sekitar. Untuk mengetahui udara yg kotor dan berpolusi dapat diidentifikasi berdasarkan adanya kadar karbon dioksida yg tinggi, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, berwarna, berbau, pengap. Polusi udara jg lebih banyak diterima bagi rumah yg berada dipinggir jalan raya, khususnya yg memiliki lalu lintas padat dan menghasilkan polusi yg bisa terjebak di dalam rumah. Polusi di dalam kamar atau rumah yg berada di pinggir jalan tidak hanya datang dari luar rumah, namun juga adanya polusi dari berbagai perabot, debu, AC, jamur, parfum, pengharum ruangan, produk pembersih rumah tangga, gas dan asap kompor,dsb.
Bagaimana menghindari polusi udara yg udara tidak sehat?
Sebagi warga kota, yg sehari- hari menghirup udara yg kurang sehat, salah satunya solusinya instan adalah dengan sering pergi mencari udara segar yang ada ditempat terbuka hijau, seperti di gunung atau dipantai. Seraya mengajak masyarakat untuk menjaga bumi sebagai sebuah kearifan, krn sesungguhnya bumi, hutan, danau dan sungai yg mengalir, gunung atau laut nan luas, merupakan guru kebajikan & sumber inspirasi yg baik untuk mengajarkan kebaikan dan kemuliaan hidup dari alam. Seperti sebuah kata bijak : " Apa yg kamu ambil dan bumi, kamu harus berikan kembali ke alam. Itulah cara alam bekerja."
Gambar : Sophia bersama kedua papa dan maminya dg latar Gunung Penanggungan,Trawas,Mojokerto
Disamping mencari udara segar dan berekreasi ke alam hijau pegunungan, sesungguhnya pergi ke Trawas adalah menanamkan Sophia mencintai alam. Dengan harapan, semoga nantinya Sophia menjadi orang yg turut menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Dengan perilaku selalu menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan dimanapun. Karena mencintai alam akan membentuk jiwa & karakter yg menyatu dg alam, karena masa depan semua manusia di bumi ini sangat tergantung kelestarian alam.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, mungkin perlu mengingat sebuah kata bijak tentang rasa syukur dalam mencintai bumi : "Keindahan alam adalah anugerah yg menumbuhkan penghargaan dan rasa syukur kepada Tuhan pencipta alam semesta."
Naaah kawan, udh ya wisata Sophia mencari udara segar di Trawas.
Bye...
Surabaya, 3 Maret 25
Philosophia- Suyitno ( jalantolwisata.blogspot.com)
Disclamer : Tulisan ini mengabadikan acara Sophia yg semata untuk kepentingan pribadi/ keluarga dan tidak mewakili kepentingan organisasi apapun. Penyebutan produk, pihak tertentu, atau siapapun yg berafiliasi dg satu hal didalamnya, semata hanya krn merupakan bagian aktifitas yg tdk terpisahkan.
Sebuah cara menghindari polusi di kota Surabaya
" Jagalah bumi dan bumi akan menjagamu."
Sophia lahir & tinggal di kota Surabaya, sebuah kota metropollitan yg sekaligus berstatus sebagai pusat pemerintahan atau ibukota Propinsi Jawa Timur dan kota terbesar ke 2 di Indonesia yg memiliki APBD Rp.11,2 trilyun tahun lalu. Surabaya juga menyandang status kota perdagangan/ bisnis, industri, pendidikan & jasa dan dengan penduduk 3 juta lebih serta memiliki 3,77 juta unit kendaraan berbagai jenis.
Dengan berbagai status kota dan jumlah kendaraan yg begitu banyak tersebut maka konsekuensinya terjadi polusi tinggi di kota Surabaya dan tentu sangat tidak menyehatkan bagi warga kotanya.
Bagaimana udara kota Surabaya?
Dari berbagai sumber, Surabaya memiliki indeks kualitas udara yg kurang bersih, dan berdasarkan pantauan data dari IQAIR yg dikutip oleh Dataindonesia.id, maka pada tanggal 26 Maret 2024 jam 10.00 WIB menunjukkan angka 162, dengan polusi udara paling tinggi di Indonesia dan masuk kategori "tidak sehat". Kondisi ini tentu merupakan konsekuensi sebagai kota dg berbagai industri, perdagangan dan kemacetan lalu lintas yg setiap hari terjadi di jalan rayanya. Saat ide tulisan ini dibuat, yaitu Selasa, 18 Februari 2025, saya sempatkan melihat aplikasi IQair di HP saya, kondisi kualitas udara Surabaya menunjukkan angka 92, dg kategori sebutan " sedang", dan posisi PM 2.5 30.9 u/m³ yg artinya Particulat Matter atau partikel udara yg berukuran lbh kecil atau sama dengan 2,5 ųm ( mikrometer) berada diangka 30,9.
Sebagai pengetahuan, bahwa ada gradasi tingkat kebersihan udara berdasarkan kriteria nilai indeks kesehatan udara ( AQI), dg ketentuan semakin besar angkanya semakin menunjukkan udara yg tidak sehat. Di mulai pada kategori "Baik" berkisar antara 0- 50 AQI; Kategori "Moderat" dg kisaran angka 51-100 AQI; Kategori "Tidak sehat utk kelompok masyarakat yg sensitif" pd angka 101-150 AQI; dan kategori "Tidak sehat" pada angka 151- 500 AQI. Kriteria ini ditentukan berdasarkan adanya konsentrasi dari partikel polutan udara yg berukuran 2,5 mikron ( PM 2,5) atau 10 mikron ( PM 10).
Sebagai pengetahuan, masuknya zat polutan ke dalam tubuh bisa melalui pernafasan, tertelan atau terserap ( absorsi) kedalam kulit ( membran mukosa). Ada banyak penyakit yg ditimbulkan akibat polusi udara yang tidak sehat di kota besar seperti jantung, stroke, diabetus melitus, penyakit paru kronis, neonatal disorder ( gangguan pd bayi), dsb. Pada tahun 2020 WHO merilis bhw akibat polusi tlh menyebabkan 3,2 juta kematian akibat penyakit diatas. Naaah.....
Sebenarnya polusi tidak hanya ada di udara yg kita hirup, tetapi juga di air yg kita minum & makanan yg kita telan,dsb. Namun untuk air dan makanan kita bisa memilih kualitas yg terbaik, yg minimal kandungan zat polutannya (yg sengaja ditambahkan oleh pabrikan ataupun yg terpapar tanpa sengaja). Namun untuk udara yg tercemar di kota, dimana warga kota beraktifitas di luar ruangan, tidak ada pilihan, mereka akan menghirup udara yg berpolusi untuk bernafas. Semua warga kota terkena imbas dari pencemaran yg dilakukan oleh warga kota lainnya. Udara kotor sepertinya adalah sebuah hukum karma kolektif, dan polusi atau pencemaran lingkungan adalah penyakit yg tidak tersembuhkan, namun bisa dicegah dg mencintai alam hijau. Tentu saja warga kota harus mulai menyadari kondisi ini.
Polusi itu disebabkan adanya partikel berupa zat kimia ataupun fisik yg mengkontaminasi udara ataupun lingkungan sekitar. Untuk mengetahui udara yg kotor dan berpolusi dapat diidentifikasi berdasarkan adanya kadar karbon dioksida yg tinggi, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, berwarna, berbau, pengap. Polusi udara jg lebih banyak diterima bagi rumah yg berada dipinggir jalan raya, khususnya yg memiliki lalu lintas padat dan menghasilkan polusi yg bisa terjebak di dalam rumah. Polusi di dalam kamar atau rumah yg berada di pinggir jalan tidak hanya datang dari luar rumah, namun juga adanya polusi dari berbagai perabot, debu, AC, jamur, parfum, pengharum ruangan, produk pembersih rumah tangga, gas dan asap kompor,dsb.
Bagaimana menghindari polusi udara yg udara tidak sehat?
Sebagi warga kota, yg sehari- hari menghirup udara yg kurang sehat, salah satunya solusinya instan adalah dengan sering pergi mencari udara segar yang ada ditempat terbuka hijau, seperti di gunung atau dipantai. Seraya mengajak masyarakat untuk menjaga bumi sebagai sebuah kearifan, krn sesungguhnya bumi, hutan, danau dan sungai yg mengalir, gunung atau laut nan luas, merupakan guru kebajikan & sumber inspirasi yg baik untuk mengajarkan kebaikan dan kemuliaan hidup dari alam. Seperti sebuah kata bijak : " Apa yg kamu ambil dan bumi, kamu harus berikan kembali ke alam. Itulah cara alam bekerja."
Gambar : Sophia dan papanya di salah satu cafe Trawas
Pada Minggu,16 Februari 2025 Sophia pergi Mojokerto dan lanjut ke Trawas di lereng Gunung Penanggungan yg berudara sejuk dan segar. Gunung Penangungan yg lokasinya terletak diperbatasan antara Mojokerto dan Pasuruan. Sebagai mana umumnya gunung di Jawa Timur, Gunung Penanggungan berbentuk kerucut, merupakan sebuah gunung yg sdh tidak aktif atau tidur, dg memiliki ketinggian hanya 1.653 Mdpl. Dari beberapa sumber, Gunung Penanggungan, dulunya bernama Gunung Pawitra yg berarti keramat atau suci, memiliki berbagai cerita mitos yg berkaitan dg banyaknya situs peninggalan purbakala yg dibangun pada era Hindu- Budha, yg terletak pada lereng kaki ataupun mendekati puncaknya, salah satunya adalah pemandian Jolotundo. Daerah pegunungan yg memiliki tanah lebih tinggi dan hutan yg subur memiliki udara yg dingin dan udara yang segar, dg wilayah hutannya adalah sumber air dan udara segar bagi masyarakat
Di Trawas yg berudara segar dan sejuk, Sophia sempat makan dan berfoto di Cafe Mie Rondo yg memiliki pemandangan dg latar Gunung Penangungan yg indah. Maksud sebenarnya adalah mau bergabung dg teman- teman Komunitas Free Riders yg sdh lebih dulu di lokasi, ternyata mereka sdh berpindah ke cafe lain. Setelah makan siang dan minum, akhirnya Sophia berangkat menuju ke Cafe Srengenge yg berjarak sekitar 5 Km dan sempat berfoto di depan cafe yg kebetulan sangat ramai dikunjungi wisatawan yg ingin berwisata di Trawas.
Setelah bergabung dan cukup ngobrol, Sophia pamit dg kawan- kawan papanya, utk kembali melalui Mojokerto lagi karena mampir di rumah teman maminya. Dan tidak lupa membelikan nenek buyutnya oleh- oleh khas Trawas yaitu Krupuk yg sangat besar.
Pada Minggu,16 Februari 2025 Sophia pergi Mojokerto dan lanjut ke Trawas di lereng Gunung Penanggungan yg berudara sejuk dan segar. Gunung Penangungan yg lokasinya terletak diperbatasan antara Mojokerto dan Pasuruan. Sebagai mana umumnya gunung di Jawa Timur, Gunung Penanggungan berbentuk kerucut, merupakan sebuah gunung yg sdh tidak aktif atau tidur, dg memiliki ketinggian hanya 1.653 Mdpl. Dari beberapa sumber, Gunung Penanggungan, dulunya bernama Gunung Pawitra yg berarti keramat atau suci, memiliki berbagai cerita mitos yg berkaitan dg banyaknya situs peninggalan purbakala yg dibangun pada era Hindu- Budha, yg terletak pada lereng kaki ataupun mendekati puncaknya, salah satunya adalah pemandian Jolotundo. Daerah pegunungan yg memiliki tanah lebih tinggi dan hutan yg subur memiliki udara yg dingin dan udara yang segar, dg wilayah hutannya adalah sumber air dan udara segar bagi masyarakat
Di Trawas yg berudara segar dan sejuk, Sophia sempat makan dan berfoto di Cafe Mie Rondo yg memiliki pemandangan dg latar Gunung Penangungan yg indah. Maksud sebenarnya adalah mau bergabung dg teman- teman Komunitas Free Riders yg sdh lebih dulu di lokasi, ternyata mereka sdh berpindah ke cafe lain. Setelah makan siang dan minum, akhirnya Sophia berangkat menuju ke Cafe Srengenge yg berjarak sekitar 5 Km dan sempat berfoto di depan cafe yg kebetulan sangat ramai dikunjungi wisatawan yg ingin berwisata di Trawas.
Setelah bergabung dan cukup ngobrol, Sophia pamit dg kawan- kawan papanya, utk kembali melalui Mojokerto lagi karena mampir di rumah teman maminya. Dan tidak lupa membelikan nenek buyutnya oleh- oleh khas Trawas yaitu Krupuk yg sangat besar.
Disamping mencari udara segar dan berekreasi ke alam hijau pegunungan, sesungguhnya pergi ke Trawas adalah menanamkan Sophia mencintai alam. Dengan harapan, semoga nantinya Sophia menjadi orang yg turut menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Dengan perilaku selalu menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan dimanapun. Karena mencintai alam akan membentuk jiwa & karakter yg menyatu dg alam, karena masa depan semua manusia di bumi ini sangat tergantung kelestarian alam.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, mungkin perlu mengingat sebuah kata bijak tentang rasa syukur dalam mencintai bumi : "Keindahan alam adalah anugerah yg menumbuhkan penghargaan dan rasa syukur kepada Tuhan pencipta alam semesta."
Naaah kawan, udh ya wisata Sophia mencari udara segar di Trawas.
Bye...
Surabaya, 3 Maret 25
Philosophia- Suyitno ( jalantolwisata.blogspot.com)
Disclamer : Tulisan ini mengabadikan acara Sophia yg semata untuk kepentingan pribadi/ keluarga dan tidak mewakili kepentingan organisasi apapun. Penyebutan produk, pihak tertentu, atau siapapun yg berafiliasi dg satu hal didalamnya, semata hanya krn merupakan bagian aktifitas yg tdk terpisahkan.
Komentar
Posting Komentar