LEGENDA PULAU KEMARO
LEGENDA PULAU KEMARO
Kisah sepasang kekasih Tan Bun An dan Siti Fatimah
Gambar : Pagoda berlantai 9 di Pulau Kemaro
Kisah sepasang kekasih Tan Bun An dan Siti Fatimah
Gambar : Pagoda berlantai 9 di Pulau Kemaro
Saat mengunjungi Kota Palembang, saya sempat mampir ke Pulau Kemaro dg menaiki perahu dari salah satu dermaganya. Dari nakoda perahu yang mengantar menyeberang maupun dari seorang pemandu wisata yg berasal dari Pagoda/ Kelenteng Hok Tjing Bio atau Kwan Im, pulau Kemaro, saya mendapat cerita apik tentang legenda yang berkaitan dg terbentuknya pulau Kemaro. Legenda Pulau Kemaro memiliki nilai filsafat tinggi dan pesan moral yang sangat baik bagi anak- anak maupun masyarakat pd umumnya. Legenda ini mengajarkan pada kita untuk selalu berpikir positif disegala situasi dan tidak boleh berprasangka buruk kepada siapapun, apalagi kepada orang tua yang sangat menyayangi kita. Selalu bersikap tenang dg menerima apapun yg sdh terjadi dan tidak serakah.
Apa legenda Pulau Kemaro?
Konon adalah seorang bangsawan dari negeri Tiongkok yang bernama Tan Bun An yang datang ke Palembang Sriwijaya untuk berdagang dan memohon ijin kepada Raja. Dalam kunjungannya ke istana Raja dia bertemu dg seorang putri raja yang sangat cantik bernama Siti Fatimah. Kecantikan Siti Fatimah membuat Tan Bun An jatuh hati, yg pd akhirnya bisa menyunting sang putri dan membawanya ke negeri Tiongkok untuk memohon restu kpd kedua orang tuanya. Sepulang dari Tiongkok, mereka diberikan hadiah berupa 7 guci oleh kedua orang tuanya.
Setelah berlayar mengarungi lautan dan sesampainya di sungai Musi, Tan Bun An ingin melihat hadiah pemberian kedua orangtuanya yang berada didalam guci- guci tsb. Namun alangkah kaget Tan Bun An saat membuka guci pertama yang ternyata diatasnya hanya berisi sayur sawi asin yang sudah layu. Dan tanpa berpikir paniang dan dengan perasaan kecewa &menyesal yang sangat dalam, kemudian dia melempar semua guci tsb kedalam Sungai Musi. Saat mau membuang guci yang terakhir, tanpa sengaja guci tsb jatuh dan pecah berantakan, emasnya berhamburan diatas dek kapal.
Dan mungkin karena kaget atau menyesal, maka tanpa berpikir panjang, Tan Bun An melompat kedalam sungai Musi yang dalam untuk mengambil guci- guci yang tlh dibuangnya.
Melihat Sang Pangeran tidak kembali, seorang pengawalnya ikut menyeburkan diri ke sungai dg maksud menolong, ternyata jg tidak kembali. Melihat kekasihnya bersama pengawalnya menceburkan diri ke Sungai Musi dan tidak kembali, putri Siti Fatimah, panik & tanpa pikir panjang kemudian ikut menyeburkan diri kedalam sungai Musi tanpa bisa kembali.
Diakhir cerita, konon ditempat Tan Bun An, Siti Fatimah dan pengawalnya menceburkan diri tsb muncullah daratan atau pulau kecil yang disebut pulau Kemaro. Dimana daratan tsb tidak pernah terendam air walaupun dimusim hujan saat gelombang dan permukaan sungai Musi sedang tinggi.
Demikian kawan, sedikit cerita rakyat atau legenda tentang Pulau Kemaro yang saya ceritakan kembali dari nakhoda kapal,pemandu wisata dan berbagai sumber lain yang ada.
Semoga legenda ini membuat anda tertarik dan menjadwalkan mengunjungi Pulau Kemaro Palembang.
Selamat berwisata menjelajah Nusantara.
Surabaya, 29 Mei 2024
Philosophia- Suyitno (jalantolwisata.blogspot.com)
Disclamer : Tulisan diatas berasal dari pemikiran & pendapat pribadi, berdasarkan pengalaman, riset pribadi dari berbagai sumber, dan tidak mewakili kepentingan organisasi manapun. Perbedaan pendapat,kekeliruan/kesalahan data, gambar dan ketidaksetujuan materi tulisan dilakukan dg hak jawab.
Apa legenda Pulau Kemaro?
Konon adalah seorang bangsawan dari negeri Tiongkok yang bernama Tan Bun An yang datang ke Palembang Sriwijaya untuk berdagang dan memohon ijin kepada Raja. Dalam kunjungannya ke istana Raja dia bertemu dg seorang putri raja yang sangat cantik bernama Siti Fatimah. Kecantikan Siti Fatimah membuat Tan Bun An jatuh hati, yg pd akhirnya bisa menyunting sang putri dan membawanya ke negeri Tiongkok untuk memohon restu kpd kedua orang tuanya. Sepulang dari Tiongkok, mereka diberikan hadiah berupa 7 guci oleh kedua orang tuanya.
Setelah berlayar mengarungi lautan dan sesampainya di sungai Musi, Tan Bun An ingin melihat hadiah pemberian kedua orangtuanya yang berada didalam guci- guci tsb. Namun alangkah kaget Tan Bun An saat membuka guci pertama yang ternyata diatasnya hanya berisi sayur sawi asin yang sudah layu. Dan tanpa berpikir paniang dan dengan perasaan kecewa &menyesal yang sangat dalam, kemudian dia melempar semua guci tsb kedalam Sungai Musi. Saat mau membuang guci yang terakhir, tanpa sengaja guci tsb jatuh dan pecah berantakan, emasnya berhamburan diatas dek kapal.
Dan mungkin karena kaget atau menyesal, maka tanpa berpikir panjang, Tan Bun An melompat kedalam sungai Musi yang dalam untuk mengambil guci- guci yang tlh dibuangnya.
Melihat Sang Pangeran tidak kembali, seorang pengawalnya ikut menyeburkan diri ke sungai dg maksud menolong, ternyata jg tidak kembali. Melihat kekasihnya bersama pengawalnya menceburkan diri ke Sungai Musi dan tidak kembali, putri Siti Fatimah, panik & tanpa pikir panjang kemudian ikut menyeburkan diri kedalam sungai Musi tanpa bisa kembali.
Diakhir cerita, konon ditempat Tan Bun An, Siti Fatimah dan pengawalnya menceburkan diri tsb muncullah daratan atau pulau kecil yang disebut pulau Kemaro. Dimana daratan tsb tidak pernah terendam air walaupun dimusim hujan saat gelombang dan permukaan sungai Musi sedang tinggi.
Demikian kawan, sedikit cerita rakyat atau legenda tentang Pulau Kemaro yang saya ceritakan kembali dari nakhoda kapal,pemandu wisata dan berbagai sumber lain yang ada.
Semoga legenda ini membuat anda tertarik dan menjadwalkan mengunjungi Pulau Kemaro Palembang.
Selamat berwisata menjelajah Nusantara.
Surabaya, 29 Mei 2024
Philosophia- Suyitno (jalantolwisata.blogspot.com)
Disclamer : Tulisan diatas berasal dari pemikiran & pendapat pribadi, berdasarkan pengalaman, riset pribadi dari berbagai sumber, dan tidak mewakili kepentingan organisasi manapun. Perbedaan pendapat,kekeliruan/kesalahan data, gambar dan ketidaksetujuan materi tulisan dilakukan dg hak jawab.
Komentar
Posting Komentar